Kegiatan kampanye imunisasi campak rubella tingkat Kabupaten Kubu Raya resmi dimulai, Rabu (25/7). Kubu Raya menjadi kabupaten/kota pertama di Kalimantan Barat yang memulai kampanye tersebut. Bahkan lebih cepat dari jadwal nasional luar Jawa yang baru dimulai pada 1 Agustus mendatang. Pelaksanaan kampanye untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella pada tahun 2020. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya Berli Hamdani mengungkapkan, masih banyak anak di Kubu Raya yang belum terimunisasi. Hal itu disebabkan sejumlah hal. Seperti adanya penolakan, kurangnya pengetahuan tentang imunisasi, adanya anggapan keliru di masyarakat di mana anak sebelum usia 40 hari dilarang keluar rumah, kendala transportasi dan jangkauan tempat pelayanan, dan adanya fenomena vaksin palsu. Karena itu, kata Berli, pihaknya telah mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan lintas program dan sektor, para pelaku usaha, dan jajaran petugas kesehatan. “Kita berharap akan diperoleh kesamaan persepsi antara puskesmas, dinas kesehatan, dunia usaha, dan para pemangku kepentingan dalam menetapkan kebijakan dan strategi peningkatan layanan imunisasi dan pelaksanaannya di lapangan, terutama dalam pelaksanaan imunisasi massal kampanye campak rubella secara nasional yang dimulai di Kabupaten Kubu Raya,” tuturnya.
\Berli mengungkapkan sejumlah tantangan dalam kampanye imuniasi MR di Kubu Raya. Di antaranya wilayah yang luas dan penduduk yang besar serta heterogen. Terlebih, ujarnya, Kubu Raya merupakan jumlah sasaran imunisasi campak rubella terbesar di Kalimantan Barat. “Untuk itu perlu upaya bersama keterpaduan antara tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas, dunia usaha, komponen masyarakat, puskesmas, dan dinas kesehatan untuk menjangkau seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun kurang sehari,” ucapnya.
\Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Marselina, mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya yang menjadi pionir pencanangan kampanye imunisasi campak dan rubella di Kalimantan Barat. Ia mengatakan Kalimantan Barat bersama 28 provinsi lainnya melaksanakan kampanye campak rubella di tahun 2018. Sementara 6 provinsi lainnya di pulau Jawa telah melaksanakan pada tahun 2017. “Di 6 provinsi di pulau Jawa sudah dilakukan imunisasi MR dan berhasil mencapai target sesuai sasaran yang diberikan. Dari 95 persen semua tercapai, di Jawa Tengah bahkan hingga 100 persen. Harapan kita di Kalbar ini target yang diberikan juga bisa dicapai seperti di Jawa,” harapnya.
\Marselina mengatakan dengan kondisi geografis Kubu Raya yang luas, perlu kebulatan tekad untuk menuntaskan target imunisasi MR. “Kubu Raya jika dilihat dekat dengan Pontianak. Tapi kalau memasuki wilayah-wilayahnya, ternyata begitu luas daerah ini. Jadi akses yang begitu luas ini kalau kita menyerah tentunya tidak akan bisa mencapai target,” katanya mengingatkan.
\Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, Mahyudin, memaparkan berdasarkan hasil surveilans dan cakupan imunisasi, didapati imunisasi campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak. Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubella, perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam imunisasi rutin. Karena itu, diperlukan kampanye pemberian imunisasi vaksin MR pada anak usia 9 bulan-15 tahun kurang sehari yang dilaksanakan pada Agustus-September 2018. Ia berharap kampanye measles/campak rubella (MR) dengan target cakupan tinggi minimal 95 persen dapat membentuk imunitas kelompok. Sehingga bisa mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok dimaksud ketika memasuki usia reproduksi. “Sasaran kampanye MR adalah anak usia 9 bulan-15 tahun kurang sehari dengan jumlah 170.064 anak. Untuk tempat imunisasi telah kita siapkan 487 pos imunisasi, 217 TK, 522 SD/MI, 165 SMP/MTs, dan 529 petugas vaksinator serta 2.273 orang kader,” papar Mahyudin.
\Agus, orang tua anak penderita congenital rubella sindrom, menegaskan pentingnya imunisasi MR. Menurut dia, jika terlambat diimunisasi akan sangat berbahaya bagi penderita. Agus menuturkan perawatan rubella membutuhkan waktu dan biaya besar. Ia mencontohkan, untuk operasi mata kiri dan kanan membutuhkan biaya sekitar Rp 100 juta. Untuk pasang alat bantu dengar tanpa tindakan operasi memerlukan biaya Rp 70 juta dan jika operasi sekitar Rp 200 juta. “Jadi kenapa kita harus mengeluarkan biaya yang sangat banyak padahal pemerintah mencanangkan program kegiatan yang bisa didapatkan di tempat-tempat pelayanan kesehatan secara gratis,” tegas Agus. (rio)
Last Update: Jul 25, 2018 / 14:50 PM